Indahnya Puri Agung Karangasem, Arsitektur Tiga Budaya

    Indahnya Puri Agung Karangasem, Arsitektur Tiga Budaya

    KARANGASEM - Sejarah singkat berdirinya kerajaan Karangasem adalah pada abad ke-16 sampai abad ke-17, Karangasem berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gelgel, dengan rajanya I Dewa Karangamla yang berkedudukan di Selagumi (Balepunduk).

    I Dewa Karangamla menikahi janda I Gusti Arya Batanjeruk, patih kerajaan yang melakukan pemberontakan dan dibunuh di Desa Bungaya, dengan syarat bahwa setelah pernikahan keduanya, kelak anak dari janda Batanjeruklah yang menjadi penguasa. Syarat ini disetujui dan kemudian keluarga I Dewa Karangamla berpindah dari Selagumi ke Batuaya.

    I Dewa Karangamla juga mempunyai putra dari istrinya yang lain bernama I Dewa Gde Batuaya. Penyerahan kekuasaan kepada putra dari janda Batanjeruk inilah menandai awal mula berdirinya Kerajaan Karangasem yang dipegang oleh Dinasti Batanjeruk. Dengan panjangnya sejarah berdirinya kerjaan Karangasem, banyak cerita yang dapat diambil oleh wisatawan.

    Daya tarik utama Puri Agung adalah kemegahan arsitektur bangunannya yang merupakan perpaduan antara arsitektur Bali, China, dan Eropa. Puri Agung terdiri dari 3 (tiga) bagian areal. Bagian depan atau entrance disebut “bencingah”, tempat dimana diadakan pertunjukan kesenian tradisional, sedangkan sisi di sebelah kanan dan kiri diperuntukkan sebagai tempat menerima tamu.

    Bagian tengah disebut “jaba tengah” yang dimanfaatkan sebagai kebun, dimana di tempat ini terdapat 2 buah pohon lychee yang sudah sangat tua. Dan bagian dalam areal berfungsi sebagai tempat bangunan utama yang disebut “maskerdam” yang mengadaptasi nama Kota Amsterdam di Belanda, karena pembangunannya dilakukan ketika Raja Karangasem menjalin hubungan persahabatan dengan pemerintah kerajaan Belanda.

    Bangunan ini dipergunakan sebagai istana raja. Bangunan lain di belakang maskerdam disebut “london” dipergunakan sebagai tempat tinggal keluarga raja. Pemberian nama demikian didasarkan karena Kota London di Inggris berdekatan dengan Kota Amsterdam di Belanda, maka nama-nama itupun diadaptasi ke dalam bangunan puri.

    Di depan Istana Maskerdam terdapat “Bale Pemandesan” yang berfungsi sebagai tempat upacara potong gigi atau juga sebagai tempat penyimpanan sementara jenazah para keluarga puri hingga saatnya upacara pelebon (=ngaben) dilaksanakan.

    Di dekat bangunan ini menghadap ke kolam terdapat patung singa bersayap yang besar. Di depan Bale Pemandesan terdapat “Bale Pawedaan” atau “Bale Lunjuk” sebagai tempat dimana para pendeta melakukan pemujaan dan persembahyangan bila upacara keagamaan berlangsung. Ada juga “Bale Kambang” atau Gili di tengah-tengah kolam yang berfungsi sebagai tempat pertemuan keluarga besar puri atau dipergunakan juga sebagai tempat latihan menari dan berkesenian lainnya.

    Wisatawan yang ingin berkunjung ke Puri Agung Karangasem dapat ditempuh dengan jalur darat yang berjarak sekitar 65 km dari Kota Denpasar, 12 km dari kawasan pariwisata Candidasa, 5 km ke Taman Soekasada Ujung, dan sekitar 6 km ke obyek wisata Taman Tirtagangga.

    Puri Agung Karangasem menyajikan berbagai bentuk bangunan yang sangat unik yang sangat baik diabadikan bagi wisatawan yang suka dengan sejarah. Banyak sejarah, cerita dan kenangan yang dapat diambil oleh wisatawan yang berkunjung.

    karangasem bali
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Berkunjung ke Taman Air Tirtagangga Karangasem...

    Artikel Berikutnya

    Ketua KONI Bali Oka Darmawan Siap Pertahankan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Kodim Klungkung Terima Sosialisasi Peran Hukum dari Kumdam Udayana
    Anggota Koramil Banjarangkan Ajarkan Teknik SAR kepada Siswa dan Siswi Wood School Bali
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan

    Ikuti Kami